Sebagai
Kader, Sebeagai Penggerak, Sebagai Mesin NU, kita tidak boleh diam, tidak boleh
acuh terhadap problematika yang sedang NU hadapi, kita harus berharokat,
mensosialisasikan kegiatan NU dan banom-banomnya, itulah diantara tugas kita semua, dan Alhamdulillah 2019 kemaarin kita memiliki wakil Presiden sebagai kader asli NU yang bisa
membuat kebijakan-kebijakan yang bijaksana guna kemajuan NU sebagai organisasi
dan terlebih guna kemaslahatan umat/warga Nahdliyin dimasa mendatang. Akan
tetapi tugas kader tidak hanya itu, menurut hemat penulis hal yang paling
penting dari seorang kader adalah mempersiapkan, membangun generasi muda,
mencetak generasi muda yang handal dan militan sebagai fondasi utama NU
kedepan, ibarat sebuah bangunan yang besar dan tinggi sekalipun pasti akan
mudah roboh dan hancur apabila tidak memiliki fondasi yang kuat dan kokoh.
Maka
bagi seorang kader tak boleh keder, jalan yang paling penting dan paling utama
adalah WAJIB HUKUMNYA menitipkan, mempercayakan dan menyekolahkan
anak-cucunya di sekolah-sekolah yang berbasis Ma’arif NU dan Ponpes
NU. Kalau bukan kita yang mempercayai Pendidikan Ma’arif NU, lalu siapa
lagi ? kalau bukan anak-cucu kita yang mengisi sekolah-sekolah Ma’arif NU dan
Ponpes NU, lalu siapa lagi? Dan kalau tidak dimulai sekarang, lalu kapan lagi?
Sebuah ironi, dan kenanomalian yang begitu besar, ketika mayoritas warga Nahdliyin, ketika seorang yang mengaku kader, tetapi sama sekali tidak menitipkan putra-putrinya ke sekolah dan pondok yang berbasis NU. Sudah
saatnya kita berbenah mari sekolahkan dan pondokkan anak-cucu kita di sekolah
dan pondok yang Ke-NU-annya tidak diragukan lagi, itupun kalau memang kita
peduli kepada Pendidikan NU, terlebih kepada masa depan NU. Terkhusus di
Kecamatan Bantarkawung, ada SMP Ma’arif NU 04 Bantarkawung dan SMK
Ma’arif NU 01 Bantarkawung. Jangan berbicara kualitas, karena penulis
yakin kualitas keilmuan sama. Hanya sarana dan prasarana yang membedakan.
Jangan menuruti kehendak anak, tapi oangtua yang harus mendoktrin anak sedini
mungkin, tanamkan kecintaan kepada NU sejak kecil. INGAT!!! Jangan Ngaku
Kader Kalau Menyekolahkan Anak-Cucunya Ke Sekolah yang tidak NU.
Penulis
memiliki mimpi bahwa semua jabatan publik dikuasai oleh NU, mulai dari
lurah/kepala desa NU, DPD RI NU, DPRD Kabupaten/Kota NU, DPRD Provinsi NU, DPR
RI NU dan Presiden NU. Alangkah bahagianya para Muasis NU jika melihat hal yang
demikian dan minimal kalaupun tidak seperti itu kita memiliki relasi yang kuat
kepada pemerintah guna melobi kebijakan-kebijakan yang menguntungkan NU.
Diakhir
tulisan ini, penulis berharap seluruh kader, stakeholder dan banom-banom
NU bisa bersatu, berharokat dan berperan aktif sesuai dengan tufoksinya
masing-masing, karena tanpa itu semua kita tak akan bias mewujudkan cita-cita kita Bersama yaitu Kebangkitan
Kedua NU di tahun 2026.
Jangan
hanya berteriak lewat kata-kata, jangan hanya berteriak NKRI Harga Mati tapi anak-cucunya tak sekolah
di sekolah NU, tak mondok di Pondok NU.
Ayo ke Poncol...!!!
BERTERIAKLAH
LEWAT AKSI, BERTERIAKLAH DENGAN HAROKAT, karena KADER TAK BOLEH KEDER.
Mohon
maaf jika banyak penulisan kata, istilah, dan bahasa, karena penulis masih
amatir. Setidaknya karya sendiri, bukan plagiat.