Selasa, 07 April 2020

Kader Tak Boleh Keder

Sebagai Kader, Sebeagai Penggerak, Sebagai Mesin NU, kita tidak boleh diam, tidak boleh acuh terhadap problematika yang sedang NU hadapi, kita harus berharokat, mensosialisasikan kegiatan NU dan banom-banomnya, itulah diantara tugas kita semua, dan Alhamdulillah 2019 kemaarin kita memiliki wakil Presiden sebagai kader asli NU yang bisa membuat kebijakan-kebijakan yang bijaksana guna kemajuan NU sebagai organisasi dan terlebih guna kemaslahatan umat/warga Nahdliyin dimasa mendatang. Akan tetapi tugas kader tidak hanya itu, menurut hemat penulis hal yang paling penting dari seorang kader adalah mempersiapkan, membangun generasi muda, mencetak generasi muda yang handal dan militan sebagai fondasi utama NU kedepan, ibarat sebuah bangunan yang besar dan tinggi sekalipun pasti akan mudah roboh dan hancur apabila tidak memiliki fondasi yang kuat dan kokoh.
Maka bagi seorang kader tak boleh keder, jalan yang paling penting dan paling utama adalah WAJIB HUKUMNYA menitipkan, mempercayakan dan menyekolahkan anak-cucunya di sekolah-sekolah yang berbasis Ma’arif NU dan Ponpes NU. Kalau bukan kita yang mempercayai Pendidikan Ma’arif NU, lalu siapa lagi ? kalau bukan anak-cucu kita yang mengisi sekolah-sekolah Ma’arif NU dan Ponpes NU, lalu siapa lagi? Dan kalau tidak dimulai sekarang, lalu kapan lagi?
Sebuah ironi, dan kenanomalian yang begitu besar, ketika mayoritas warga Nahdliyin, ketika seorang yang mengaku kader, tetapi sama sekali tidak menitipkan putra-putrinya ke sekolah dan pondok yang berbasis NU. Sudah saatnya kita berbenah mari sekolahkan dan pondokkan anak-cucu kita di sekolah dan pondok yang Ke-NU-annya tidak diragukan lagi, itupun kalau memang kita peduli kepada Pendidikan NU, terlebih kepada masa depan NU. Terkhusus di Kecamatan Bantarkawung, ada SMP Ma’arif NU 04 Bantarkawung dan SMK Ma’arif NU 01 Bantarkawung. Jangan berbicara kualitas, karena penulis yakin kualitas keilmuan sama. Hanya sarana dan prasarana yang membedakan. Jangan menuruti kehendak anak, tapi oangtua yang harus mendoktrin anak sedini mungkin, tanamkan kecintaan kepada NU sejak kecil. INGAT!!! Jangan Ngaku Kader Kalau Menyekolahkan Anak-Cucunya Ke Sekolah yang tidak NU.
Penulis memiliki mimpi bahwa semua jabatan publik dikuasai oleh NU, mulai dari lurah/kepala desa NU, DPD RI NU, DPRD Kabupaten/Kota NU, DPRD Provinsi NU, DPR RI NU dan Presiden NU. Alangkah bahagianya para Muasis NU jika melihat hal yang demikian dan minimal kalaupun tidak seperti itu kita memiliki relasi yang kuat kepada pemerintah guna melobi kebijakan-kebijakan yang menguntungkan NU.
Diakhir tulisan ini, penulis berharap seluruh kader, stakeholder dan banom-banom NU bisa bersatu, berharokat dan berperan aktif sesuai dengan tufoksinya masing-masing, karena tanpa itu semua kita tak akan bias mewujudkan  cita-cita kita Bersama yaitu Kebangkitan Kedua NU di tahun 2026.
Jangan hanya berteriak lewat kata-kata, jangan hanya berteriak  NKRI Harga Mati tapi anak-cucunya tak sekolah di sekolah NU, tak mondok di Pondok NU. 
Ayo ke Poncol...!!!




BERTERIAKLAH LEWAT AKSI, BERTERIAKLAH DENGAN HAROKAT, karena KADER TAK BOLEH KEDER.
Mohon maaf jika banyak penulisan kata, istilah, dan bahasa, karena penulis masih amatir. Setidaknya karya sendiri, bukan plagiat.

Kita dalam video